Hakekat Membaca
Menurut Steinbach (2002)
dalam Keterampilan Belajar (Dep Pennas, 2007) membaca bukan merupakan kegiatan
berteknologi tinggi, bukan pula sesuatu yang canggih, tetapi membaca masih
merupakan kegiatan yang sangat cocok, sesuai dan fleksibel untuk mengumpulkan
informasi. Membaca perlu dipelajari dan dilatih. Karena itu membaca merupakan
salah satu aspek pembelajaran bahasa Indonesia yang harus dikembangkan.
Menurut Wijanarko
(2005:43) Jangka waktu konsentrasi anak-anak secara umum lebih kurang satu
setengah kali usianya dalam satuan menit. Misalnya anak umur 6-7 tahun daya
konsentrasinya mencapai 9-10,5 menit sedangkan siswa kelas V pada umumnya
berusia 11-12 tahun berarti daya konsentrasinya mencapai 16,5-18 menit.
Membaca adalah
keterampilan reseptif (bersifat menerima) bahasa tulis. Keterampilan membaca
dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan mendengarkan
dan berbicara. Tetapi masyarakat yang memiliki tradisi literatur yang telah
berkembang sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi
dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
Siswa menyerap pelajaran
melalui pancaindra, perasaan, dan emosinya. Secara umum daya tangkap siswa
kurang lebih sebagai berikut.
1. Mendengar satu arah dapat
mencapai antara 20-30%
2. Komunikasi dua arah dapat
mencapai antara 40-50%
3. Melihat peragaan dapat
mencapai antara 50-60%
4. Terlibat dalam peragaan,
turut melakukan, mendengar,meraba, mencium dan berpartisipasi dalam adegan/
drama ( pelibatan tubuh, pancaindra, dan emosi) dapat mencapai 70-80%.
Semakin banyak indra yang
terlibat, juga emosi dan perasaan siswa akan semakin tinggi daya serap siswa
dalam bercerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar